www.arifusan.esy.es. Powered by Blogger.

Wednesday 31 January 2018


Gerhana bulan dalam bahasa Arab disebut “khusuf”. Saat terjadi fenomena gerhana bulan kita dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunah dua rakaat atau shalat sunah khusuf. Shalat sunah ini terbilang sunah muakkad.

و) القسم الثاني من النفل ذي السبب المتقدم وهو ما تسن فيه الجماعة صلاة (الكسوفين) أي صلاة كسوف الشمس وصلاة خسوف القمر وهي سنة مؤكدة

Artinya, “Jenis kedua adalah shalat sunah karena suatu sebab terdahulu, yaitu shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat dua gerhana, shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Ini adalah shalat sunah yang sangat dianjurkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman 109).

Secara umum pelaksanaan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan diawali dengan shalat sunah dua rakaat dan setelah itu disusul dengan dua khutbah seperti shalat Idul Fitri atau shalat Idul Adha di masjid jami. Hanya saja bedanya, setiap rakaat shalat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk. Sedangkan dua khutbah setelah shalat gerhana matahari atau bulan tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua shalat Id.

Jamaah shalat gerhana bulan adalah semua umat Islam secara umum sebagai jamaah shalat Id. Sedangkan imamnya dianjurkan adalah pemerintah atau naib dari pemerintah setempat.

Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ

Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”

Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut:
1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.

2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.

3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang).

4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-Baqarah.

5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Ali Imran atau selama surat itu.

6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah.

7. Itidal. Baca doa i’tidal.

8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.

9. Duduk di antara dua sujud

10.Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.

11.Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.

12.Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada diri kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.

13.Salam.

14.Imam atau orang yang diberi wewnang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, tobat, sedekah, memerdedakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.

Apakah boleh dibuat dalam versi ringkas? Dalam artian seseorang membaca Surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan? Atau bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali selesai membaca Surat Al-Fatihah? Boleh saja. Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini.

ولو اقتصر على الفاتحة في كل قيام أجزأه، ولو اقتصر على سور قصار فلا بأس. ومقصود التطويل دوام الصلاة إلى الانجلاء

Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman 303).

Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat dua rakaat gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. Demikian tata cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. 
Untuk Modul PPT bisa didownload disini 
Untuk Modul Pdf bisa didownload disini

Wallahu a’lam

Sunday 28 January 2018



Belajar dari Kisah Uwais Al-Qarni

 

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Allah SWT berfirman dalan Surah Al-Hujurat, Ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa.”

Dalam ayat di atas terdapat 3 (tiga) kata kunci. Pertama “mulia”, kedua “Allah”, dan ketiga “takwa”. Ayat ini mengandung maksud bahwa mulia tidaknya seseorang sesungguhnya bergantung pada ketakwaannya kepada Allah SWT dan bukan kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan kata lain, yang disebut orang mulia sesunguhnya adalah mereka yang senantiasa berbuat kemuliaan berupa ketakwaaan. Definisi ini bersifat teologis karena bersumber pada keyakinan akan kebenaran firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an.

Berdasar pada pandangan teologis tersebut, kita bisa membedakan antara orang mulia dengan orang yang dimuliakan. Orang mulia adalah mereka yang dimuliakan Allah karena senantiasa berbuat kemuliaan dengan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Allah SWT, dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Sedangkan orang yang dimuliakan adalah mereka yang secara sosiologis dihormati masyarakat karena memiliki latar belakang tertentu seperti: jabatan, keturunan, kekayaan, keilmuan atau keahlian, dan sebagainya.


Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Lewat khutbah ini, saya ingin mengajukan pertanyaan apakah orang mulia di sisi Allah itu sekaligus orang yang dimuliakan di dunia ini? Dengan kalimat lain, apakah orang-orang mulia karena ketakwaannya kepada Allah selalu dimuliakan juga oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya?

Jawabnya, “tidak selalu” karena secara faktual ada beberapa orang mulia di sisi Allah keberadaannya diremehkan oleh masyarakat disebabkan tidak memiliki latar belakang tertentu yang bersifat duniawi seperti jabatan penting, kekayaan melimpah, nasab tinggi, dan lain sebagainya. Tentu saja ada banyak orang mulia di sisi Allah yang juga dihormati dalam masyarakat karena memiliki kriteria-kriteria tertentu yang berlaku di masyarakat seperti tersebut di atas.


Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Salah satu contoh orang mulia di sisi Allah tetapi tidak dihormati oleh masyarakat adalah Uwais Al-Qarni - seorang pemuda miskin penduduk desa Qaran di Yaman. Dia menjalani kehidupan yang sulit bersama ibunya yang seorang janda. Ia pernah menderita penyakit kusta. Pakaiannya hanya ada dua helai. Uwais Al-Qarni bekerja hanya sebagai penggembala hewan ternak dengan upah tak seberapa. Dengan keadaan Uwais yang seperti itu ia sering ditertawakan, diolok-olok, dihina, dan dituduh mencuri ini mencuri itu. Tetapi semua perlakuan masyarakat seperti itu ia terima dengan sabar.

Ketika pada suatu hari ada seseorang yang bermaksud memberikan sedekah berupa dua helai pakaian, Uwais Al-Qarni menolaknya. Kepada orang tersebut, Uwais Al-Qarni mengatakan:

“Saya khawatir kalau pakaian ini saya terima, nanti orang-orang mengintrogasi saya dari mana saya mendapatkan pakaian ini. Mereka pasti tidak percaya dengan jawaban saya. Mereka akan menuduh saya kalau pakaian ini saya dapat kalau tidak dengan membujuk ya mencuri”.



Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Sungguhpun Uwais Al-Qarni hidup dalam kemiskinan, ia menjalani kehidupannya dengan penuh ketakwaan. Bahkan ketakwaannya diakui oleh Rasulullah SAW meskipun diantara mereka belum pernah saling bertemu. Hal yang sangat menonjol dari ketakwaan Uwais Al-Qarni sebagaimana diceritakan Rasulullah SAW adalah baktinya kepada sang ibu yang luar biasa. Sejak kecil Uwais Al-Qarni selalu taat dan hormat kepada ibunya. Ketika sang ibu telah tua dan lumpuh, bakti Uwais kepada sang ibu semakin bertambah.

Suatu hari sebenarnya ia sangat rindu untuk bertemu Rasulullah SAW, namun ia selalu mengurungkan niatnya karena tak tega meninggalkan sang ibu sendirian di rumah tanpa ada yang merawatnya. Ketika pada suatu hari ia melihat ibunya cukup sehat, ia mendekat padanya untuk menyampaikan isi hatinya, yakni ingin bertemu atau sowan kepada Rasululullah SAW di Madinah. Uwais Al-Qarni memohon ijin kepada ibunya agar diperkenankan. Sang Ibu sangat terharu dengan keinginan Uwais untuk bertemu Rasululllah SAW. Sang ibu menjawab:

“Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi Muhammad SAW di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.

Akhirnya berangkatlah Uwais Al-Qarni ke Madinah yang jaraknya dari Yaman sekitar 400 kilometer. Tibalah Uwais Al-Qarni di kota Madinah dan segera menuju rumah Nabi Muhammad SAW. Diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Tak ada jawaban dari Rasulullah SAW. Ia hanya mendapat jawaban dari istri beliau Aisyah RA yang mengatakan Rasulullah SAW sedang berada di medan perang dan belum diketahui kapan beliau kembali. Uwais Al-Qarni teringat pesan ibunya untuk segera pulang. Maka segeralah ia pulang ke Yaman meski dengan hati yang hampa karena gagal bertemu Rasulullah SAW yang sangat dirindukannya. Namun sebelum pulang, Uwais Al-Qarni sempat menitipkan salam untuk Rasulullah SAW lewat Aisyah RA.

Ketika Rasulullah SAW pulang ke rumah, Aisyah RA memberitahukan tentang kedatangan seorang laki-laki tak dikenalnya beberapa waktu sebelumnya. Rasulullah SAW menjelaskan kepada Aisyah bahwa laki-laki itu bernama Uwais Al-Qarni meski beliau belum pernah bertemu secara langsung. Ia adalah anak yang sangat taat kepada ibunya. Ia tak populer di kalangan penduduk bumi karena miskin sekali, tetapi ia sangat terkernal di kalangan penduduk langit.

Sedemikian istimewa Uwais Al-Qarni hingga Rasulullah SAW menceritakannya kepada Umar bin Khattab RA dan Ali bin Abi Thalib RA:
سَيَقْدَمُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ , فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَهُ

Artinya: “Kelak akan datang seorang laki-laki bernama Uwais. Ia memiliki belang putih. Ia berdoa agar Allah menghilangkan belang itu, maka Allah menghilangkannya (kecuali di lengannya). Barang siapa diantara kalian bertemu dia, maka termuilah dia dan mintalah padanya untuk memintakan ampunan kepada Allah.”

Pesan tersebut akhirnya benar-benar dilaksanakan oleh Ali bin Abi Thalib RA dan Umar bin Khattab RA ketika Rasulullah SAW telah wafat. Kepada Uwais Al-Qarni, kedua sahabat besar Rasulullah SAW tersebut mengatakan:
يَا أُوَيْس إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليه وَسَلَّم أَمَرَنَا أَنْ نَسْأَلُكَ أَنْ تَسْتَغْفِرُ لَنَا

Artinya: “Hai Uwais sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan kami agar engkau memintakan ampunan kepada Allah agar dosa-dosa kami diampuni-Nya.”

Mendengar apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab RA tersebut, Uwais Al-Qarni hanya bisa menangis, tetapi kemudian memberikan jawaban bisa jadi orang yang dimaksudkan Rasulullah SAW itu bukan dirinya. Tetapi Ali bin Abi Thalib RA terus mendesak agar ia mau mendoakan bagi Umar bin Khattab RA dan Ali bin Abi Thalib RA karena sangat menyakini bahwa dialah orang yang dimaksudkan Rasulullah SAW. Akhirnya Uwais Al-Qarni bersedia memenuhi permintaan tersebut dengan memanjatkan doa ampunan kepada Allah bagi keduanya.


Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Dari kisah Uwais Al-Qarni di atas, ada beberapa hal yang dapat kita petik sebagai pelajaran berharga. Pertama, orang mulia karena ketakwaannya kepada Allah SWT akan tetap mulia dan taat kepada-Nya meski seperti apapun kondisi sosial ekonominya. Ia akan tetap sabar dan istiqamah menjadi hamba-Nya yang saleh tanpa terpengaruh oleh hal-hal duniawi seperti tidak dihormati oleh masyarakat karena miskin.

Kedua, janganlah kita memandang seseorang dari sisi duniawinya, lalu merendahkannya karena bisa jadi ia memiliki sisi ukhrawi yang jauh lebih baik dari pada kita. Bisa jadi kita membutuhkan pertolongannya di akherat kelak berupa syafaat karena orang-orang mulia di sisi Allah seperti Uwais Al-Qarni dapat memberikan syafaat kepada orang-orang tertentu. Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Uwais Al-Qani kelak ketika memasuki pintu surga diberhentikan langkah kakinya oleh Allah SWT. Allah menghendaki agar Uwais Al-Qarni berhenti sebentar untuk memberikan syafaat terlebih dahulu kepada orang-orang dari kabilah Rabiah dan Mudhar yang membutuhkan pertolongannya.



Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Semoga kita semua dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kisah Uwais Al-Qarni. Barangkali di sekitar kita, ada orang-orang yang keadaannya mirip dengan Uwais Al-Qarni meski tidak sama persis, yakni tidak populer di masyarakat karena status sosialnya yang rendah. Orang seperti ini bisa jadi sangat poluler di kalangan penduduk langit jika terbukti memang selalu hidup dalam ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT dan selalu istiqamah dalam kebaikan-kebaikannya. Tidak selayaknya kita meremehkan orang seperti ini.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
File Lengkap bisa didownload di sini

Wednesday 24 January 2018


Pernahkah kita merasa beruntung hidup di Indonesia?

Pernahkah kita menyadari kalau air di Indonesia ini ternyata begitu nikmat?

Negara Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk yang terbanyak nomor 4 di dunia, memilki 17.000 pulau yang indah, memiliki ratusan bahasa daerah, pesona alamnya luar biasa, ekonominya terkuat 20 besar di dunia, belum lagi dengan ribuan prestasi lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Apa lagi yang kurang dari negeri kita ini? Negeri yang sering disebut oleh para pujangga sebagai “surganya dunia” sampai-sampai mendapat predikat most beautiful island untuk Pulau Bali.

Sudah segitunya kenikmatan yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita punya rasa confident atau rasa kepercayaan yang tinggi di publik internasional. Tidak ada alasan bagi kita untuk merasa rendah diri dan menganggap negara lain lebih terhormat dari kita.

Salah satu kenikmatan negeri kita yang paling penulis rasakan adalah air. Air yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan air yang sangat nikmat, jernih, dan sehat. Walaupun kita memiliki 270 Juta lebih penduduk, air yang kita miliki masih berlimpah seolah tak ingin berhenti. Saya benar-benar baru menyadari bahwa Indonesia memiliki air yang sangat nikmat ketika saya mengalami macetnya pompa air yang terjadi di rumah. Dari Kejadian tersebut saya langsung merenung, di sini akses air 2 hari macet aja sudah  kebingungan padahal sumber air masih banyak, cuma media untuk mengambil airnya saya yang trouble. Ceritanya waktu pagi hari di hari selasa tanggal 23 Januari 2018, seperti biasa abis subuh saya menghidupkan sakelar pompa air yang berada di dekat kamar mandi untuk mengisi air, akan tetapi Ayah saya waktu itu mau setrika, karena listrik di rumah tidak kuat untuk menahan banyak beban listrik, maka solusinya adalah dengan tidak mengaktifkan sumber listrik tidak begitu digunakan, alhasil ayah saya tiba-tiba menekan tombol off pada sakelar pompa air, mungkin karena itu ato sebab yang lain (pompa air usianya terlalu tua) maka seketika itu pompa air tidak bisa digunakan. 

Jadi kami yang awalnya tiap pagi setelah sholat shubuh langus cuci-cuci piring dan barang pecah belah lainnya dengan menggunakan air dengan seenaknya tapi dengan peristiwa ini saya jadi sadar, betapa pentingnya peranan air tersebut, bahkan untuk mandi pun saya rela untuk numpang mandi dari Randupitu ke Kabunan.

Pada siang harinya seperti biasa setelah saya pulang dari sekolah, di dalam hati saya ada perasaan lega mungkin pompa airnya sudah dibenahi oleh orang tua saya, akan tetapi ternya masih belum bisa dipakai, akan tetapi setelah saya ngobrol bersama istri saya bahwa ayah akan mengganti pompa air lama dengan yang baru (membeli pompa air  baru) dengan meminta bantuan paman saya untuk memasangkan alat yang baru tersebut, akan tetapi walau sudah dipasang di sore harinya, masih belum berjalan dengan lancar, mungkin dikarenakan pipa paralon yang terhubung ke sumur ada yang bocor. so sampai sore hari pun kami tidak mendapat akses air.  

Sejak saat itu, saya sangat bersyukur tinggal di Indonesia, yang mana airnya sangat jernih dan bisa langsung diminum walaupun mentah. Di mana-mana ada sungai, danau, dan kolam. Dan air di Indonesia tidak perlu disaring sebelum diminum apalagi diberi zat penjernih.

Maka dari itulah, hanya karena air, saya sadar akan nikmat dan enaknya hidup di Indonesia. Segala permasalahan yang kerap melanda negeri kita tidak akan mengurangi rasa bersyukur kita tinggal dan hidup di negeri ini. Begitu juga dengan Anda. Berbahagialah menjadi orang Indonesia. Anda adalah “penghuni surganya dunia”.

Wednesday 3 January 2018

Berikut ini adalah kalender 2018 
Bagi yang berminat monggo silahkan untuk mendownload
1. Januari
2. Pebruari

3. Maret

4. April

5. Mei

6. Juni

7. Juli

8. Agustus

9. September
10. Oktober 
11. Nopember
12. Desember